BERITA UTAMALIPUTAN KHUSUSSOROTAN
Ketertingalan Tiga Kabupaten di Sulteng Diduga “Kesalahan Pemimpin”
Bidik PALU-Publik Sul-Teng dikejutkan dengan terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 63 Tahun 2020, tentang Penetapan Daerah tertinggal tahun 2020-2024, termasuk tiga Kabupaten di Sul-Teng, yakni Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Tojo Una-Una.
Terkait hal itu Haris Dg Nappa SH mengatakan bahwa Ketertinggalan tiga Kabupaten di Sulteng tersebut adalah kesalahan pemimpin, Karena pemimpin memiliki peranan penting dalam kesuksesan Daerah, jadi kalau Daerah menjadi tertinggal berarti Pemimpinnya menjadi gagal.
Tentunya Menjadi seorang pemimpin memang terlihat menggiurkan. Karena ia memiliki wewenang besar untuk melakukan banyak hal, dan mendapatkan banyak keuntungan di dalamnya.tandas nya
Lanjut haris mengatakan Namun tugas utama pemimpin di daerah adalah bagaimana mengelolah potensi Daerah yang ada untuk kesejahteraan rakyatnya, tapi yang terjadi disini malah sebaliknya, Pemimpin dan keluarganya terlihat kaya raya. Sementara rakyat tampak tetap terbenam di dasar sungai kemiskinan.
Anehnya, ketika daerahnya ditetapkan sebagai daerah tertinggal, tanpa malu sang pemimpin sepertinya tidak ada beban kepada masyarakatnya. Mestinya dia punya rasa malu dan meminta maaf kepada masyaraktnya, atau bila perlu menyatakan mengundurkan diri sebagai Pemimpin karena gagal mensejahterakan rakyatnya.
Bukan rahasia lagi kalau di daerah ini di duga banyak pemimpin yang punya sifat malas, tidak peka, tidak kreatif, korup, dan sombong tidak berkompeten.
Tipe pemimpin seperti ini kerjanya hanya jalan-jalan ke luar kota dengan berbagai alasan untuk menghalalkan biaya perjalanan dinas yang bersumbr dari APBD.
Lebih jauh haris mengatakan Jika ditanya apa yang sudah dia buat, jawabannya pasti marah-marah dan menyalahkan bawahannya. Bahkan agar bawahannya bungkam, pemimpin seperti ini suka menggertak, bahkan mengancam dengan pemecatan atau pemutasian tempat kerja.
Kelakuan pemimpin seperti ini biasanya dilakukan untuk menutup kesalahan dirinya yang tidak fokus mengurus daerah. Bahkan kemiskinan yang ada di depan matanya selalu ia tumpahkan menjadi kesalahan pemimpin terdahulu.
Sombong, takabbur dan selalu membanggakan diri sendiri sudah menjadi warna pemimpin yang kosong pikiran, itu kalau tidak mau dibilang dungu oleh tuan Rocky Gerung.
Sebab, sombong, mudah marah, kasar, dan arogan dalam bersikap merupakan tanda-tanda seseorang yang tidak kompeten dalam memimpin.
Sikap sombong dan arogan bukan menjadi kriteria psikologis yang ideal bagi seorang pemimpin. Pemimpin yang selalu merasa benar justru menunjukkan sikap negatif dalam menjalankan tugas.
Tim Redaksi